Monday, June 1, 2015

1st Anniversary Pendaki Laka-Laka





1ST ANNIVERSARY PENDAKI LAKA-LAKA
Pendakian Gn Prau dan Wisata Dieng
23 s/d 24 Mei 2015



Judulnya asik ya gan? Kayak ada manis-manisnya gitu, udah setaun aja, kayanya baru kemaren deh ketemu..


Eits.. eits.. sebelumnya jawab dulu yokk,


Apa sih makna 1st anniversary buat kamu?


Mengesankan, begitu indah, awesome, luar biasa, asik, tak terlupakan, greget, bahagia, gak nyangka, solid, udah gak kamu kamuan tapi 'kita', luar biasa, kebersamaan, Perjuangan! (Lha iyo tho? Setaun bersama dengan isi kepala yang berbeda-beda itu gak mudah).


Dieng, tau? Tau dong...



Dieng merupakan kawasan dataran tinggi di Jawa Tengah, yang masuk wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Dieng berada lebih dari 2000 meter diatas permukaan laut (mdpl), sehingga udara di Dieng terasa dingin. Jika siang hari udara berkisar 12-17 derajad celcius, bahkan bisa mencapai suhu udara minus yang terjadi di musim kemarau dan saat inilah Bun Upas muncul. Bun Upas adalah sebutan dari orang Dieng, sebenarnya ini adalah butiran air yg mengkristal (frozen) akibat suhu yg dingin sekali (bisa minus). Arti Bun Upas adalah embun beracun orang Dieng menyebutnya. Karena kalo bun upas ini nempel pada daun tanaman kentang, biasanya lantas menguning dan mati. Letaknya berada di sebelah barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Dieng adalah kawasan vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung api raksasa dengan beberapa kepundan kawah.


Kenapa Dieng Plateau? Apa sih arti Plateau? Plateau berasal dari kata Plato, yang artinya dataran tinggi, makanya sering disebut Dataran Tinggi Dieng. Terus ada apa sih sama Dieng? Usut punya usut (hihi) sejak dulu Dieng Plateau ini memang sudah menjadi tujuan utama berwisata bagi para peziarah lho,, karena katanya sih Dieng merupakan lahan yang luas dan menantang bagi para peneliti, banyak sejarah yang masih terpendam di Negeri Dieng ini.


Dan.... (jeng jeng jeng)


Wisata Dieng merupakan salah satu pesona alam paling memikat yang ada di Wonosobo, Jawa Tengah. #wuiiiih makanya kami memilih merayakan 1st Anniversary di tempat ini. #ekhem.


Saat ini Dieng Plateau telah dijadikan tujuan utama wisata alam pegunungan karena begitu banyak potensi-potensi pariwisata yang disuguhkan dari Dieng Plateau, diantaranya berupa: gunung, candi, telaga, kawah, museum dan theater, seni dan budaya, kuliner dan tanaman khas, dipercantik dengan fenomena-fenomena unik yang ada di Dieng.


Explore Dieng kali ini kami memilih Candi Arjuna, Kawah Sikidang, dan Telaga Warna sebagai destinasi setelah Gunung Prau. **prokprokprok...**




Technical Meeting 1st Anniversary Pendaki Laka-Laka



Setelah beberapa kali koordinasi antara panitia, tanggal 16 Mei 2015 kemarin diadakan Meeting antara panitia dan peserta untuk membahas itinerary dan scedhule open trip yang diikuti 35 orang (termasuk panitia) juga mengecek segala kelengkapan trip kali ini. Jangan naik gunung tanpa persiapan, apalagi naik gunung karena galau :)


 
Packing sebelum pemberangkatan tim

Tanggal 23 Mei 2015 bertempat di Jl. Kaligung tepatnya basecamp PL pukul 06.00 wib kami berkumpul untuk menuju perjalanan yang sudah dinanti-nanti (sampe mengidap syndrome deg-degan ginih) :D

Cek list ulang peserta sebelum pemberangkatan


Pukul 08.00 waktu Indonesia bagian Kaligung kami berangkat dengan bus pariwisata kapasitas 35 orang full AC full Music menuju Dieng via Pemalang-Purbalingga.

 Rombongan peserta open trip siap diberangkatkan

 Pukul 14.30 kami sampai di basecamp pendakian gunung Prau via Dieng (alhamdulillah slonjor juga setelah beberapa jam perjalanan di bus), setelah selesai ishoma dan kembali mengecek kelengkapan, pukul 16.30 kami mulai pendakian sesuai pembagian grup, karena ga mungkin dong 35 orang jalan bareng (hehe) jadi di bagi 7 deh, ada jeda 5-10 menit antara grup satu dengan selanjutnya. Yeay!!

 Basecamp pendakian Gn. Prau via Kejajar - Dieng


Isoma sebelum mulai trekking



 Personil siap trekking ke Puncak Gn. Prau



Pendakian gunung Prau via Dieng ini akan memakan waktu kira-kira sekitar empat jam. Jalurnya emang lebih jauh daripada kalo kita ndaki via basecamp patak banteng. Ngrasain gregetnya manjat gunung setelah melewati pinus-pinus, gelap dan jauh dari pemandangan rumah-rumah warga yang bisa terlihat beda sama ketika lewat patak banteng. Dan disini kita bakal nemu kaya sabana gitu deh, semacam sabana Merbabu (hmmm Merbabu)


Adzan maghrib, kami melewati pos dua dan rehat sejenak untuk menunaikan sholat maghrib. (Jare arep tadzabur alam, kok sholate ditinggal? Kadang-kadang sok puitis gitu ih.. hehe)



Cusssss.... kami melanjutkan perjalanan. Semakin petang semakin berasa angin kencengnya. Sebagian dari kami sudah ada yang berada di puncak tower. Rehat lama bakal semakin berasa dingin banget. Tadi dibawah aja katanya bisa sampe 2 derajat celcius, wuiiiw.. berasa di Korea guweh :D



Sembilan "five billions stars hotel" pun berdiri kokoh saling berhadapan, ditengah-tengah ada kompor dan teman-temannya, minuman hangat juga masakan pun siap dihidangkan. Kali ini kami tidak membuat perapian. Kopi hitam, susu coklat, mie goreng, nasi, sup sosis, sosis dan tempura goreng, emmmmm NIKMAT! Yang paling penting adalah bukan dengan apa kami makan, tapi bersama siapa #ekhem.



Candaan renyah, juga pemandangan langit yang luar biasa indahnya membuat kami lupa sudah pukul berapa, wuiiiw ternyata sudah hampir pagi, dan kami memutuskan untuk masuk tenda menjemput sunrise esok (biar gak telat gituh).



Keindahan ciptaan Allah kalo mau dijabarkan itu gak ada habisnya. Hmm.. naik gunung gak nemu sunrise itu rasanya gimana gitu, kayak ada yang kurang. Setelah selesai menunaikan sholat subuh, kami berjalan naik menuju bukit dekat dengan tugu gunung Prau untuk melihat sunrise lebih dekat (jiaaah). Dahsyat! Puluhan tenda berdiri disini, apa bahkan ratusan yaa (sorry belum sempet ngitung, hihihi)







Seperti biasa kami melakukan ritual yang pada umumnya dilakukan ketika berkunjung ke tempat-tempat istim; selfie, groufi, asal safety. Iya gak? ;)













Selesai melakukan ritual, kami bergegas menuju tenda, sarapan, dan segera packing lagee menuju turun gunung. Kali ini kami turun via patak banteng. Siapkan dengkul Anda brader, sista! **senyum genit**





Pukul 09.00 waktu Indonesia bagian Prau kami turun via patak banteng. Jalur yang terjal dengan puluhan bahkan ratusan orang membersamai. Jangan lupa tiga Es-nya (Senyum, Salam, Sapa), juga jangan lupa bawa turun sampahmu, karena gunung bukan tempat sampah! *kedip-kedip*













 Trekking Map Open Trip Gn. Prau oleh Pendaki Laka-Laka

Sebelum dzuhur kami sampai di basecamp patak banteng, kami rehat di masjid barat basecamp. Bersih-bersih diri, ishoma. Ba'da dzuhur kami langsung ke tujuan berikutnya >> Explore Dieng #yeeaaaay!



Kami disambut oleh mas guide berjacket dengan paduan warna merah hati dan abu-abu siap mengantar perjalanan kami.

Candi Arjuna


(Jangan sok-sokan mau bikin candi disini juga terus dinamain Rinjani, ceritanya biar so sweet gitu ya, jangan) :p #apaaaalho


Di komplek candi arjuna ini terdapat 4 bangunan utama candi megah dan 1 candi pendamping.





Sebelum memasuki kawasan Arjuna, kami melewati komplek Darmasala yang menyelinap di antara pepohonan pinus gunung, kami disambut tumpukan bebatuan dimana-mana, "Tumpukan bebatuan ini adalah bekas bangunan Masala (tempat peribadatan orang Hindu)." Cerita mas guide gamblang.





Mulai tahun 2010 Kompleks Percandian Arjuna mulai digunakan untuk pengembangan wisata yang dikemas oleh Dinas Pariwisata Banjarnegara dan Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata). Mereka menyelenggarakan acara budaya tahunan yang telah dikenal dengan nama DCF (Dieng Culture Festival). Siapa disini yang pernah nonton DCF? (Saya juga belom, hihi)



Disini kami juga disuguhi rerumputan hijau nun asri, juga enak buat leyeh-leyeh. Setelah puas (lagi-lagi) berfoto ria, kami melanjutkan perjalanan..


Kawah Sikidang



Hayooo siapa yang tahu kenapa kawah ini dinamakan Kawah Sikidang? Konon si katanya, (katanya...) dulu ada putri cantik bernama Shinta Dewi yang ingin dipersunting hanya dengan mahar yang sangat banyak. Nah,, ada salah satu pangeran kaya raya bernama pangeran Kidang Garungan ini mengutus prajuritnya untuk meminang sang putri dengan mahar sebanyak yang putri inginkan. Si putri ini tanpa pikir panjang langsung menerima tawaran sang pangeran (cieeeee, icik iwirrr). "Pangeran kaya raya, pasti ganteng nih.." bathin sang putri.





Setelah sang putri melihat rupa sang pangeran (gubrak!!) Ternyata pangeran ini bertubuh manusia tapi berkepala kidang (hmmm). Sang putri pun memutar otak (emang otak bisa diputer? Au ah elap) kemudian memberikan syarat pada pangeran Kidang untuk membuatkannya sebuah sumur yang sangaaaaaat dalam, tapi harus dikerjakan hanya oleh pangeran, tanpa bantuan siapapun. Sang pangeranpun memenuhinya,, ehladalahhhh si putri gak tau kalo pangeran ini sakti, pangeran menggunakan tanduk dan tangannya untuk menggali sumur hingga hampir selesai. Karena si putri tetap tidak ingin dinikahi oleh pangeran berkepala kidang ini, akhirnya sang putri mengerahkan prajuritnya untuk menimbun pangeran. Semakin pangeran berteriak jangan pada putri, semakin cepat prajurit putri menimbun pangeran dengan tanah. Ketika seluruh tubuhnya telah tertimbun tanah, pangeran itu segera mengerahkan kesaktiannya agar bisa keluar. Tak ayal, sumur itu meledak sehingga tanah berhamburan keluar. Ketika ia ingin keluar, sumur itu terus ditimbuni. Akhirnya, Pangeran Kidang  pun tewas tertimbun tanah di dalam sumur itu. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, ia bersumpah bahwa seluruh keturunan Shinta Dewi akan berambut gembel. Sementara itu, sumur yang meledak itu lama kelamaan menjadi kawah dan diberi nama Kawah Sikadang. (Cieeee belajar sejarah).





Dikawasan ini kami dimanjakan oleh kekayaan Dieng, beberapa warung menjual makanan khas, batu belerang, tumbuhan khas pengunungan, dan batu akik yang menyita mata-mata para Arjuno PL (helleeh)..



Telaga Warna





Eksotisme Telaga Warna memang mempesona, selain memiliki warna permukaan telaganya yang kadang berubah sewaktu waktu (kewwren yah) dengan dominasi warna hijau kebiruan serta putih yang merupakan refleksi endapan belerang didalamnya, telaga ini juga diapit oleh hutan dan pemandangan pegunungan yang semakin memiliki daya tarik bagi wisatawan, termasuk kami (cieeeee wisatawan).





Telaga ini juga punya keunikan tersendiri lho.. selain keindahan Telaganya yang natural dan eksotis, saat berkeliling menyusuri jalan setapak yang mengelilingi Telaga warna, kami juga menjumpai Telaga lain yang letaknya tepat di samping Telaga warna, yaitu Telaga Pengilon. Selain patung, goa-goa alam yang diselimuti aroma mistis juga kami temui di sekeliling Telaga Warna seperti Goa Semar, Goa Sumur, Goa Jaran dan lain-lain.








Diujung mendekati pintu keluar, kami dihibur oleh beberapa pecinta musik dengan alat musiknya mendendangkan beberapa lagu-lagu pop lawas, aduhaiii...



Setelah asik (lagi-lagi) berfoto, kami melanjutkan ke pusat oleh-oleh Dieng, Trisakti yang jaraknya lumayan dekat. Silahkan...... dipilih-dipilih, carica, jamur dieng, jejamuan, kaos dieng, accecoris, dll....



Pukul 17.30 waktu Dieng, kami bergegas pulang. Pukul 23.09 waktu Kaligung kami tiba di basecamp PL. Alhamdulillah.... warbiasyaaaaaaah!



Hiyaaaaaaaaaaakh!


Perjalanan ini melelahkan kawan, tapi keindahan yang bikin meleleh, kebersamaan, candaan renyah, meluruhkan segala lelah. PL adalah keluarga kedua. Lho? Bener tho? Kalo kita belajar IPS, dari jamannya EsDe, manusia adalah makhluk sosial yang mana dia berkelompok, memiliki sebuah komunitas, bagi sebagian orang komunitas adalah keluarga kedua. Nah, ini dia nih,,, sendiri emang lebih asyik dan menyenangkan,, tapi kebersamaan dirasakan bisa bikin jauh lebih bahagia dan membahagiakan (lagi-lagi, karena kita adalah makhluk sosial). Jika bisa saling membahagiakan, kenapa gak? ;)





Melangkahlah, keluarlah dari zona nyaman melulu dirumah, diruang kerja. Melangkahlah sejauh kau bisa melangkah. Ajak sepatumu temukan sebuah negri yang pantas disebut surga, ---- Indonesia.


Dan.... (lagi-lagi)


Fa bi ayyi ālā'i Rabbikumā tukażżibān,


"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" Q.S Ar-Rahman. Thank's God, I'm Indonesian! Yes, I'm Indonesian!


"The world is book and those who do not travel read only one page" --St. Agustine


Udah?? Mau di rumah aja nih?? :D


Terimakasih untuk semua rekan-rekan untuk perjalanan, kebersamaan, kepedulian pada sesama, kerja sama, ide-ide, dan kebahagiaan selama ini. Semoga semakin solid,


" One step by 100 persons is better than 100 steps by one person " (Koichi Tsukamoto).


Salam persahabatan,


Salam lestari ! ;)


 Video Dokumentasi 1st Anniversary Pendaki Laka-Laka

Story By : Oktaviani Ferla


2 comments:

  1. Amazing lah pokoknya 1st Anniversary Pendaki Laka-laka...
    Sukses selalu dan ditunggu agenda berikutnya :D

    ReplyDelete
  2. aseli keren T.T sayang sekali cuma bisa menikmati poto potonya.. semoga lain waktu, lain hari dan semoga
    gak perlu nunggu aniv lagi, semoga secepatnya bisa 'selfie' sama anak anak pl. Biar bisa ikut ngrasain serunya..

    ReplyDelete