Thursday, April 14, 2016

Medan Terjal Pendakian Gunung Cikuray Jalur Bayongbong


Gunung Cikuray adalah sebuah gunung yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Indonesia. Gunung Cikuray mempunyai ketinggian 2.821 meter di atas permukaan laut. Ada beberapa jalur/basecamp yang dilalui untuk menuju puncak. Diantaranya jalur Bayongbong, jalur kiara Janggot dan jalur yang umum dilewati yaitu via pemancar.



Pendakian gunung Cikuray melewati jalur Bayongbong boleh dibilang medan terberatnya jalur menuju puncak Cikuray. Banyak pendaki yang sudah merasakan jalur ini, tanjakannya hanpir mirip dengan tanjakan Bapa Tere-nya gunung Ciremai jalur Linggarjati.

Untuk menuju Bayongbong, dari terminal guntur bisa menggunakan ojek atau angkutan kota jurusan Bayongbong. Jika rombongan, kita bisa sewa pick up hingga sampai SDN Cintanagara 3. Dari SD ini perjalanan dilanjutkan jalan kaki melewati ladang penduduk. Jaraknya lumayan cukup jauh melewati jalan berbatu dan ladang penduduk untuk sampai di basecamp pendakian (Pos 1).



Basecamp/ Pos 1 - Pos 2


Jalur menuju pos 2 melewati ladang penduduk berupa tanaman kol dan cabai. Selang ½ jam kita lepas dari Pos 1, kita akan menjumpa ladang kol yang begitu luas.




Medan pendakian menanjak belum terlalu terjal. Kurang lebih butuh waktu 1 jam untuk sampai di Pos 2

Pos 2 – Pos 3


Menuju pos 3 medan mulai menanjak. Pemandangan sebelah kiri bgitu indah berupa tebing curam dihiasai pepohonan rindang. Waktu yang ditempuh untuk hingga sampai di Pos 3 kurang lebih 1 jam 45 menit.

Pos 3 – Pos 4

Jalur ke pos 4 makin menanjak dan kontur tanah mulai licin. Ketika musim hujan jalur ini seperti aliran air sungai. Pepohonan mulai rapat di sisi kanan dan kiri jalur.


Kurang lebih butuh waktu 30 menit untuk sampai di Pos 4

Pos 4 – Pos 5


Kondisi jalan menuju pos 5 masih menanjak terus. Ditengan perjalanan kita akan menemui pohon tumbah menutup jalur pendakian.



Akar-akaran besar tampai menjalar di jalur   yang dilalui. Menuju pos 5 kurang lebih membutuhkan waktu 1 jam.

Pos 5 – Pos 6


Setelah melewati pos 5 kondisi fisik makin terkuras karena medan yang terus menanjak. Hampir jalur yang dilewati tidak ada sama sekali bonus atau bahkan jalan landai.


Kurang lebih  45 menit kemudian kita sudah sampai di Pos 6.

Pos 6 – Puncak


Ini dia jalur yang cukup ekstrem. Ketika kita menuju puncak, medan benar-benar makin berat. Untung saja kita membawa bekal tali webbing yang sudah kita siapkan sebelumnya.


Karena kondisi bekas hujan, medan makin licin sementara jalur terus menanjak terjal. Mendekati puncak ada beberapa shelter yang bisa digunakan dan terlindung dari terpaan angin.

Setelah berjalan 30 menit dari pos 6 kita sudah sampai di Puncak Cikuray. Puncak Sikuray ditandai dengan bangunan permanen. Sayangnya banyak sekali coretan vandalisme di bangunan tersebut, yang membuat kesan kotor





Berikut adalah trekking map dari GPS yang kita gunakan kita selama pendakian gunung Cikuray melalui jalur Bayongbong (soon - on progress).

Story : Alas Perdu

Thursday, April 7, 2016

Jalur Pendakian Gunung Papandayan


Lanjutan …
Setelah puas dengan pendakian ke puncak gunung Cikuray perjalananpun masih berlanjut. Siangnya begitu sampai di basecamp Cikuray jalur Bayongbong, kami bertiga yang tergabung dalam Komunitas Pendaki Laka-Laka (Alas Perdu, Afan, Agus) langsung meluncur ke Basecamp Gunung Papandayan di Camp David. Sesuai dengan rencana awal, kami melakukan double trip dan gunung Papandayan adalah tujuan akhir pendakian ini.

Gunung Papandayan adalah gunung api strato yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat tepatnya di Kecamatan Cisurupan. Gunung dengan ketinggian 2665 meter di atas permukaan laut itu terletak sekitar 70 km sebelah tenggara Kota Bandung.

Pada Gunung Papandayan, terdapat beberapa kawah yang terkenal. Di antaranya Kawah Mas, Kawah Baru, Kawah Nangklak, dan Kawah Manuk. Kawah-kawah tersebut mengeluarkan uap dari sisi dalamnya.
Akses menuju papandayan jika dari wilayah Kota Tegal menuju ke Bundaran Cilenyi kemudian terminal Guntur dilanjutkan angkot ke Pasar Cisurupa. Dari lokasi pasar ini perjalanan dilanjutkan menggunakan ojek atau bisa carter angkot atau pick up menuju Camp David.






Area parkir Camp David cukup luas, warung makanan, asesoris serta rental peralatan hiking bertebaran di kawasan Camp David. Begitu juga pedagang kami lima tampak menjajakan jajanan di area parkir Camp David.


Sampai di Camp David kami bertiga sempatkan untuk beristirahat, karena kami benar-benar belum sempat istirahat begitu turun dari gunung Cikuray.



Setelah melakukan registrasi (simaksi) dan pendataan identitas diri sekitar pukul 4 sore kami memulai pendakian.

Camp David – Kawah Papandayan

Sekitar 5 menit dari parkiran Camp David kita melewati jalanan berbatu yang cukup lebar. Menjelang akan memasuki kawah Papandayan yang biasa disebut Kawah Mas, kami melewati jalur yang sisi sebelah kiri berupa sungai dan sisi kanan berupa tebing tinggi.


Medan pendakian di kawasan kawah seperti berada di kawasan Palawangan gunung Slamet, berbatu dan tandus serta bau belerang terasa menyengat. Dianjurkan untuk memakai masker ketika berada di kawah Papandayan. Jalan menuju kawah sangat sangat luas dan berbatu, kita bisa mengikuti tanda berupa pipa biru yang terpasang berdiri tegak sebagai panduan perjalanan menuju kawah.


Kurang lebih hampir satu jam perjalanan kita sudah berada di kawah Papandayan.

Kawah – Pos 2


Setelah melewati jalur kawah, kita akan melalui jalanan datar dan lebar hingga kita bertemu jalan buntu. Dari sini tampak belokan jalanan turun kecil yang kalau malau hari tidak begitu jelas. Ikuti jalan setapak tersebut hingga menyeberangi sungai kecil. Hujan pun turun cukup deras di area ini. Kurang dari lima menit kita akan menyeberangi sungai kecil. Berhati-hatilah ketika melewati sungai ini karena licin, terlebih dimusim hujan.Pendakian diteruskan melewati medan yang menanjak dan hutan cantigi. Kurang lebih setengah jam kami sudah berada di Pos 2.

Pos 2 – Pondok Selada


Di Pos 2 kita diwajibkan lapor, sesuai data yang kita daftarkan di Camp David. Pos 2 merupakan persimpangan menuju Pangalengan dan menuju ke Pondok Selada.

Ambilah jalur sisi kiri. Baru saja keluar dari Pos 2 jalan begitu sempit, naik terjal dan licin. Ups…..sebaiknya jangan lewat jalan yang ini. Jalur ini biasa dipakai motor trabas trail untuk menuju ke Pondok Selada. Lewatlah sisi samping kanan persis berupa “undak-undakan” dan jalurnya pun tidak terlalu menanjak. Dari pos 2 menuju Pondok Selada tidak begitu jauh, melewati hutan cantigi. kurang lebih 15 menit kami sudah sampai di Pondok Selada.

Pondok Selada – Tegal Alun




Pondok Selada merupakan Camp Area yang cukup luas. Area ini dipenuhi pepohonan yang saling berjejeran, sehingga cocok sekali bagi kamu yang hobby “hammocking”.


Fasilitas disini cukup lumayan dari MCK hingga warung makan-pun ada di area ini. Kami berbegas menuju ke sisi kanan. Tenda-tenda tampak bertebaran di sisi kanan dan kiri jalur yang kami lewati. Bahkan di area yang lapang pun, tenda-tenda berjejeran dari berbagai merk dan corak warna. Jangan kaget kalau suasana di Pondok Selada sangat ramai terutama di akhir pekan.

Kami memutuskan untuk terus menuju ke daerah yang sepi disisi ujung kanan Pondok Selada. Karena jujur kami butuh istirahat setelah sebelumnya melakuan pendakian ke puncak gunung Cikuray. Dan akhirnya kami benar-benar menemukan area yang lumayan tidak begitu rapat dengan tenda-tenda. Dua tenda kami dirikan, mulai memasak menu santap malam dan dilanjutkan dengan istirahat malam.


Keesokan harinya sekitar pukul 6 pagi kami berbegas menuju ke kawasan Tegal Alun. Tenda dan peraalatan lainnya kami tinggalkan disini. Dengan berbekal makanan ringan dan satu botol minuman mineral perjalanan pun dilanjutkan.


Dari Pondok Selada melewati jalan setapak berbatu, lewatlah sisi bagian kiri, karena ketika musim hujan sisi kanan berupa sungai kecil akan tergenang air dan kontur tanahnya pun sangat lunak.Kemudian kita melewati  jalanan begitu landai, menyeberangi sungai kecil serta medan berbatu. Kurang lebih 20 menit kita sudah sampai kawasan Hutan Mati.
 
 

Ditengah perjalanan akan bertemu persimpangan, kekiri landai, sedangkan ke kanan begitu terjal dan langsung menuju ke puncak papandayan. Kami memutuskan untuk mencicipi jalur kanan yang sangat curam dan turun melewati sisi kiri yang landai.


Medannya pun “aduhay” sangat terjal dan menanjak terus. Butuh exra hati-hati ketika memutuskan jalur sisi kanan. Sesekali kita harus berpegangan bebatuan besar untuk naik.Setelah melewati medan terjal, diteruskan dengan jalanan begitu landai. Disini kami sempatkan untuk menikmati pepohonan yang sangat rapat disisi kanan dan kiri.


Tidak jauh dari kawasan ini kita sudah tiba di kawasan Tegal Alun. Kurang lebih butuh waktu satu jam dari Pondok Selada untuk tiba dai Tegal Alun gunung Papandayan.


Tegal alun merupakan kawasan yang cukup luas dan dipenuhi dengan tanaman Edelwise. Kawasan ini merupakan kawasan terlarang untuk mendirikan tenda. Disini tampak danau kecil dengan air yang lumayan jernih. Sayang sekali bunga Edelwise belum tampak di mekar dari pohonnya.




Tegal Alun merupakan surganya Papandayan, sehingga  kawasan ini banyak dimanfaatkan para pendaki untuk berfoto ria dengan latar ladang edelwise.




Setalah puas menikmati indahnya Tegal Alun, kami memutuskan untuk kembali ke Pondok Selada dan turun ke Camp David.


Usai sudah berjalanan ke dua gunung sekaligus (Cikuray dan Papandayan). Sebuah perjalanan luar biasa bersama dua rekan dari Komunitas Pendaki Laka-Laka. Sampai jumpa di perjalanan berikutnya .....

Story : Alas Perdu

Tuesday, April 5, 2016

Pendakian Gunung Cikuray Via Kiara Janggot


Kabupaten Garut, adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Tarogong Kidul. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Sumedang di utara, Kabupaten Tasikmalaya di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung di barat.
Ibukota Kabupaten Garut berada pada ketinggian 717 mdpl dikelilingi oleh Gunung Karacak (1.838 mdpl), Gunung Cikuray (2.821 mdpl), Gunung Papandayan (2.622 mdpl), dan Gunung Guntur (2.249 mdpl).

Dengan pesona alam pegunungan inilah, Garut menjadi salah satu alternatif tujuan pendakian di wilayah Jawa Barat. Setidaknya ada tiga gunung di wilayah Garut yang sangat familiar dan bisa didaki secara estafet yaitu Cikuray, Papandayan dan Guntur. Atas dasar lokasi gunung yang saling berdekatan inilah, maka saya (Alas Perdu), Afan dan Agus memutuskan untuk mendaki  dua gunung sekaligus dalam dua hari di wilayah Garut yaitu gunung Cikuray dan Papandayan. Kami bertiga tergabung dalam satu komunitas Pendaki Laka-Laka yang ber-homebase di Kota Tegal

Gunung Cikuray adalah sebuah gunung yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Indonesia. Gunung Cikurai mempunyai ketinggian 2.821 meter di atas permukaan laut dan merupakan gunung tertinggi keempat di Jawa Barat setelah Gunung Gede. Gunung ini berada di perbatasan kecamatan Bayongbong, Cikajang, dan Dayeuh Manggung.

Setelah mengumpulkan informasi dari beberapa rekan pendaki yang sudah menjajaki medan gunung Cikuray, kami dipandu untuk melewati Basecamp Bayongbong. Trek pendakian via bayongbong boleh dibilang “aduhay”. Mungkin 11:12 seperti jalur pendakian gunung Ciremai via Linggarjati. Tanjakan lewat Bayongbong serasa tanjakan Bapa Tere-nya gunung Ciremai.

Disisi lain, kita juga mendapatkan informasi langsung dari Rekan di BC Bayongbong untuk mencoba jalur baru melewati Basecamp Kiara Janggot. Kiara Janggot merupakan jalur baru pendakian gunung Sikuray dan yang baru saja dibuka di akhir tahun 2015. Atas dasar dua informasi inilah kami memutuskan untuk “mencicipi” dua jalur pendakian ini. Naik melewati jalur Kiara Janggot dan turun melalui jalur Bayongbong.

Setelah menyiapkan segala sesuatunya, perjalanan kami mulai jam 9 malam dari Basecamp Pendaki Laka-Laka di Kota Tegal. Perjalanan menggunakan kendaraan bus besar jurusan Bandung dan turun di bundaran Cilenyi kurang lebih 5 jam perjalanan. Dari bundaran Cilenyi dilanjutkan dengan bus jurusan terminat Guntur (Garut) dan memakan waktu 1 jam. Sesampainya di Terminal Guntur kita bisa berbelanja logistik untuk pendakian, karena lokasi terminal dekat dengan pasar.


Perjalanan dilanjutkan dengan angkutan umum ataupun pick up menuju basecamp Kiara Janggot.


Setelah tawar menawar harga, kami bertiga “diloading” menggunakan pick up hingga sampai di BC Kiara Janggot. Mendekati BC,medan begitu menanjak, pick up yang kita “carter” harus extra hati-hati karena jalan berbatu, berlubang dan bergelombang. Perjalanan kurang lebih 45 menit dari terminal Guntur menuju BC. Dan sekitar pukul 8 pagi sampailah kita di BC Kiara Janggot.




Bagi kamu yang turun di terminat Guntur bisa juga menggunakan angkutan 06 warna kuning jurusan Cilawu, kemudian turun di pangkalan ojek Genteng. Dan kemudian dilanjutkan dengan ojek menuju BC Kiara Janggot







Basecamp – Pos 1
Setelah cukup beristirahat, sarapan dan re-packing bawaan kita, sekitar pukul 10 siang kita memulai perjalanan dari BC Kiara Janggot. Tidak lupa sebelum pendakian kita mendatakan diri kita dan menyelesaikan simaksi di BC.


Medan yang di awal perjalanan berupa jalan perkampungan berbatu. Dilanjutkan dengan ladang penduduk berupa tanaman cabai, kol dan juga padi.


Trek Jalur menuju Pos 1 sedikit menanjak. Terik panas sangat terasa karena matahari langsung ke badan kita tanpa terhalang pepohonan besar sama sekali.

Mendekati Pos 2 kita baru melihat rerimbunan pohon besar sebagai tanda bahwa pos 2 sudah dekat. Berdasarkan catatan kami kurang lebih sejauh 2.100m dan membutuhkan waktu 1 jam hingga di Pos 2. Jalur menuju pos 2 merupakan jalur terpanjang selama pendakian via Janggot.

Pos 1 – Pos 2



Area di pos 1 tidak luas, cukup untuk 1-2 tenda saja. Perjalanan menuju pos 2 melewati hutan. Medan menuju pos 2 menanjak dan lumayan menguras tenaga.

Kurang lebih jarak yang ditempuh 660m dan waktu tempuh kita selama 40 menit.

Pos 2 – Pos 3

Pos 2 merupakan area sumber air. Di pos 2 ini kurang lebih cukup untuk 2-3 tenda. Disini air sangat jernih sekali dan rasanya pun sangat alami tidak kalah dengan air kemasan. Medan masih menanjak melewati pepohonan besar serta semak belukar. Detengah perjalanan kami diguyur hujan deras disertai suara petir yang sering terdengar. Jarak dari pos 2 ke pos 3 kurang lebih 335m dan membutuhkan waktu 25 menit untuk sampai di pos 3.

Pos 3 – Pos 4
Medan dari pos 3 menuju pos 4 menanjak , jalur dilalui rapat dengan pepohonan. Adakalanya jalur yang kami lewati seperti aliran sungai karena kondisi masih diguyur hujan.

Jarak yang ditempu menuju pos 4 kurang lebih 630m dan kami membutuhkan waktu sekitar 35 menit untuk sampai di pos 4

Pos 4 – Pos 5
Menuju pos 5 medan semakin merapat dan tanjakan semakin terasa berat. Beban semakin terasa berat ketika kontur tanah licir karena air hujan dan beban yang kami panggul bertambah berat karena basah.

Jarak yang kami tempuh berkisar 740m sedangkan waktu tempuh kurang lebih 40 menit.

Pos 5 – Pos 6
Menuju pos 6 jalur makin membuat frustasi. Sesekali kami harus sering berpegangan akar atau dahan yang merambat di permukaan tanah.

Jalur makin rapat dan karena ini jalur baru di jalur ini jarang kami temui sampah-sampah pendaki. Hanya berbekal tanda berupa pita atau sayatan yang telah dibuat pengelola jalur Jenggot kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 6.


Kurang lebih kami berjalan sejauh 700m selama 50 menit.

Pos 6 – Pos Persimpangan

Dari pos 6 menuju area persimpangan kondisi fisik makin kelelahan setelah diguyur hujan sepanjang perjalanan. Sangat dianjurkan siapkan fisik prima dengan berlatih atau berolah raga ketika memutuskan mendaki melewati jalur Jenggot dan mendakilah ketika cuaca terang atau bukan musim hujan. Kurang lebih kami berjalan selama 30 menit sampai di persimpangan. Persimpangan ini merupakan pertemuan antara jalur via Jenggot danjalur pendakian via pemancar.

Pos Persimpangan – Pos 7


 Setelah melewati persimpangan, kita akan menjumpai medan makin terjal.

30 menit dari persimpangan kami bertiga sudah sampai di pos 7

Pos 7 - Puncak
Menuju puncak jalur masih rapat dengan pepohonan, kurang lebih butuh waktu 35 menit menuju puncak


Dari pos 7, puncak masih belum terlihat jelas. Hal ini disebabkan gunung Cikuray merupakan gunung yang rapat dengan pepohonan dari bawah hingga kawasan puncak. Ini berbeda dengan gunung berapi pada umumnya. Umumnya gunung berapi ketika mendekati kawasan puncak atau batas vegetasi hanya tanaman perdu dengan tinggi sedang atau bahkan bebatuan dan pasir yang dijumpai. Berbeda sekali dengan gunung Sikuray, bahkan di Sikuray tidak dijumpai tanaman Edelwise.



Mendekati puncak Sikuray kita bertemu dengan selter yang sangat luas. Kawasan ini cocok sekali untuk mendirikan tenda dan bermalam. Jarak menuju puncak dari sini sangatlah dekat. Kurang lebih 5 menit tanpa beban kita sudah sampai di puncak Sikuray. Di selter ini kami memutuskan untuk camp semalam dan memulihkan stamina untuk esok harinya.


Sekitar pukul lima pagi kita meluncur dari selter (camp area) ini. Semburat cahaya merah mulai tampak perlahan, semakin jelas dan semakin terang.


Dan ….
Wow…….
Pemandangan sunrise dari puncak Sikuray sangat luar biasa sekali pagi itu. Gunung Ciremai tampai di sisi timur laut sedangkan puncak gunung Slamet tampak megah tepat didepan kami (sisi timur).


Terbayar sudah perjalanan kami, meski harus diguyur hujan hampir sepanjang perjalanan. Akhirnya kami bisa berada di puncak gunung Cikuray 2.821 mdpl.


Berjalanan kami belum usah sampai disini. Kami harus segera bergegas turun untuk melanjutkan perjalanan kami menuju puncak gunung Papandayan di hari yang sama (bersambung....)

Berikut adalah trekking map dari GPS yang kita gunakan kita selama pendakian gunung Cikuray melalui jalur Kiara Janggot (soon - on progress).

Story : Alas Perdu