Sunday, August 24, 2014

Pendakian Gunung Sindoro Jalur Tambi


Sore itu kami Saya (Wawan), Yudis, Arif, & Bahar kami berkumpul di kediaman "Kang Alas Perdu" salah satu member group Pendaki Laka-Laka yang biasa disebut dengan istilah “PL”. Kali ini kami sesama pencinta ketinggian berencana akan melakukan pendakian ke puncak gunung Sindoro (3153 Mdpl) pada tanggal 13 Agustus 2014.

Gunung Sindoro merupakan sebuah gunung volkano aktif yang terletak di Jawa Tengah, Indonesia. Adalah termasuk dalam jajaran gunung berapi yang mempunyai bentuk kerucut dengan tipe Strato. Dari kejauhan nampak seperti dua saudara kembar antara Sundoro dan Sumbing, berdiri kokoh di batas Kabupaten Temanggung sebelah barat dan sebelah timur kota Wonosobo. Diantara keduanya, dipisahkan oleh pelana Kledung (1.405 m.dpl) yang melintasi jalan raya, menghubungkan Wonosobo dengan kota Magelang.

Gunung Sundoro mempunyai Koordinat/ Geografi pada 7 18?LS dan 109 59.5? BT dan memiliki areal Kawasan Hutan cukup luas yang di kelola oleh PERHUTANI Wonosobo (772 m.dpl) dan Temanggung. Berada di puncaknya, kita bisa melihat pemandangan disekitarnya, bagian lereng gunung ditanami hamparan kebun teh yang mengelilingi menjadikan lereng sindoro terlihat hijau sepanjang tahun

Dikarenakan saya sudah mendaki Gunung Sindoro lewat Jalur Kledung. Kali ini kami memutuskan pendakian melalui jalur Tambi/ Sigedang. Jalur Tambi/ Sigedang adalah jalur tercepat menuju Puncak Sindoro. Jalur ini agak sulit karena jalanan sangat menanjak sehingga jarang yang melakukan pendakian lewat sini tetapi jalur ini banyak di gunakan sebagai jalur turun karena lebih cepat dan lebih dekat dengan Lembah Dieng. Dibutuhlan waktu kurang lebih 6-7 jam untuk naik dan 4-5 jam untuk turun.

Diluar dugaan dari rencana awal, pada H-1 (malam sebelum keberangkatan) ketika melakukan breafing di kediaman Kang Alas Perdu ternyata dua rekan kami yang rencananya ikut bergabung ada kepentingan mendadak dan tidak bisa mengikuti pendakian ini. Dan akhirnya kami (Wawan dan Yudhistira) harus melakukan pendakian meskipun hanya berdua saja.

Setelah melakukan persiapan malam harinya, akhirnya kami meluncur ke basecamp Tambi/ Sigedang start dari Kota Tegal sekitar pukul ½ 9 pagi. Dari kota Tegal kami menuju arah Moga-Purbalingga-Banjarnegara- Wonosbo dan akhirnya kami sampai di Basecamp Tambi sekitar pukul 16.30 wib

Sesampainya di desa Sigedang, kami mengurus perijinan dan juga menitipkan kendaraan kami di rumah Basecamp/ Mbah Amin yang sudah dianggap sebagai juru kunci gunung Sindoro. Tiket perijinan masuk ke kawasan gunung Sindoro sebesar Rp. 5.000/orang.
 

Kami beristirahat dan mengecek kembali barang bawaan  di basecamp selama 1 jam. Sekitar pukul ½ 6 Sore kami melakukan pendakian dari Basecamp. Tidak sengaja ketika kami lepas dari basecamp kami bertemu dengan mobil pick up. Tanpa rasa malu kamipun nebeng mobil pickup yang disupiri oleh seorang ibu-ibu. Dan sampailah kami di Pos I tanpa harus bersusah payah karena kami naik pick up.



Perjalanan dilanjutkan dari Pos I melewati perkebunan teh. Kami menganbil jalur pintas tanpa melalui Pos II dan langsung menuju ke Pos III. Kami tiba di Pos sekitar pukul 19.00 wib,  tepat ketika adzan Isya berkumandang. Di Pos III ini kami bertemu dengan tim pendaki lain dari Banjarnegara yang berjumlah 3 orang. Setelah istirahat bersama dan ngobrol ngalur ngidul tim dari Banjarnegara menyatakan untuk melakukan pendakian ini secara bersama-sama dengan kami. Dan kini tim bergabung menjadi satu yang berjumlah 5 orang Saya (Wawan), Yudhistira, Anas, Dimas, dan Gepeng.

Kami berlima meneruskan perjalanan dari Pos III sekitar pukul 19.20 wib. Medan yang dilewati berupa jalan setapak dengan dihiasi perkebunan teh. Sekitar 15 menit perjalanan dari Pos III Yudish merasakan ada yg janggal. Setelah berhenti sejenak ternyata benar juga, ada yang tertinggal di Pos I. Tas kecil berisikan dompet berserta peralatan darurat tertinggal di Pos I. Padahal perjalan lumayan cukup jauh dan telah melewati Pos III dan kami terpaksa kembali ke Pos I untuk mengambil tas slempang yang tertinggal. Akhirnya saya dan Yudist segera turun dengan berbekal air seadanya untuk mengambil tas tersebut. Dan alhamdulillah tersebut bisa kami ketemukan di sekitar Pos I.

Dengan kondisi letih, kami berdua dua kembali menyusul 3 rekan kami dari Banjarnegara yang setia menunggu di atas. Pukul ½ 9 malam kami berlima berkumpul kembali dan meneruskan perjalanan setengah jam kemudian.

Perrjalanan diselingi dengan senda gurau dan dihiasi  suasana malam yang benar-benar sunyi senyap di Sindoro. Suasana malam itu benar-benar cerah penuh dengan bintang. Setelah berjalan sekitar 2 jam kemudian kami berhenti untuk beristirahat dan mendirikan tenda di tengah jalur pendakian. Tenda dome Rei Biru kapasitas 6-8 orang dan tenda dome kapasitas 4 orang kami dirikan untuk beristirahat.



Jam 4 pagi kami membuat perapian untuk menghangatkan tubuh dari dinginnya malam itu. Ditemani secangkir kopi panas kami berlima menikmati suasana. Sekitar  pukul 5 pagi kami berlima melanjutkan perjalanan menuju puncak. Dua buah tenda dome beserta separuh dari logistik dan pakaian ganti kami tinggal. Ditengah perjalanan menuju puncak kami beristirahat sejenak untuk menikmati indahnya sunsrise.
Setelah puas dengan keindahan sunrise, kami memutuskan untuk melanjutkan menuju puncak. Medan yang dilalui menuju puncak sindoro berbatu dan melewati sabana yang cukup luas.

Puncaaaaaaaaaaakkkkkkkk…..!!!!!!!!!!



Alhamdulillah dengan perjuangan panjang karena banyak berhenti untuk tiduran ditengah perjalanan akhirnya kami sampai di Puncak pukul 11 siang. Suasana puncak begitu sepi hanya ada tim kami (lima orang). Hamparan tanah luas dihiasi gumpalan awan dan gugusan pegunungan dieng tampak begitu medahnya. Bau belerang begitu pekat dan sangat menyengat membuat kami berlima tidak berlama-lama berada dipuncak. Sekitar pukul12 siang kami memutuskan turun dari Puncak.

Kami berlima menuruni puncak untuk segera menuju ke tenda karena suasana begitu terik haus makin terasa, sementara perbekalan logistik kami tinggal di dalam tenda.

Dengan kondisi tenggorokan kering minim air kami mulai mencari 2 tenda dome yang kami dirikan. Setelah dua jam perjalanan menuruni dari Puncak kami baru sadar bahwa 2 tenda yang kami dirikan tidak tahu kemana rimbanya karena jalur yang kami lalui sepertinya berbeda. Dan kami harus kembali naik untuk mencari jalur yang sama.

Kepanikan mulai terjadi…….2 tenda kami benar-benar tidak dapat kami temukan. Jalur yang kami lewati ketika naik pun tidak bisa temukan. Sebenarnya tenda yang kami dirikan cukup besar dan tampak jelas dipandang mata,  Tapi nampak dari pandangan kami. Entah karena kepanikan atas hal-hal diluar nalar.

Setelah cukup lama mencari, tetapi tenda belum juga bisa ditemukan, dua rekan kami putuskan untuk turun lebih awal karena fisik yang kurang memungkinkan. Sedangkan 3 rekan memutuskan kembali mencari 2 tenda kami. Tim dari Banjarnegara kelihatan gusar karena semua peralatan dan perbekalan ada di tenda serta peralatan pendakian hasil rental/ sewa di salah satu persewaan alat outdoor. Mereka khawatir bakalan kena dengan yg lumayan menguras kantong.

Kami bertiga berusaha terus mencari keberadaan dua tenda dome yang kami dirikan. Tak terasa malampun tiba. Karena suasana malam begitu mencekam (malam jum’at) dan benar-benar sepi tanpa ada pendaki lain seorang pun maka kami bertiga akhirnya memutuskan untuk turun ke basecamp menyusul dua tim yang terlebih dahulu turun. Dan tim kembali bergabung berlima orang di Pos III. Setelah cukup istirahat kami turun ke basecamp untuk segera melaporkan kejadian ini.

Sekitar pukul 9 malam kami tiba di Basecamp Atas (rumah Pak Slamet) dan menceritakan yang kami alami. Dan Pak Slamet meneruskan laporan kami ke Basecamp Induk (juru kunci Mbah Amin). Kemudian 2 rekan kami dibawa turun ke Pos Mbah Amin untuk menjalani perawatan karena kelelahan yang luar biasa. Sedangkan 3 rekan bermalam di basecamp Pak Slamet untuk istirahat.

Di hari ketiga pendakian (15 Agustus 2014) kami berembung untuk kembali mencari tenda yang masih berada di atas. Kami ditawari jasa porter untuk membantu menemukan kembali tenda kami. Tetapi karena dana kami waktu itu yang pas-pasan maka kami berdua (Wawan, Anas) yang kondisi masih fit memutuskan untuk mencari tenda. Satu rekan tetap tinggal di Basecamp Pak Slamet Sedangkan 2 rekan (Yudhistira dan Dimas) tetap tinggal di basecamp untuk menjalani perawatan dari Mbah Amin. Dua rekan kami ini mendapatkan perawatan yang khusus dari Mbah Amin dengan dibantu doa dan sedikit sentuhan tangannya. Mbah Amin pun memberikan suguhan yang luar biasa berupa makanan, buah-buahan dan minuman hangat layaknya sedang menjamu tamu. Benar-benar kami mendapatkan pelayanan yang luar biasa dari sang juru kunci gunung Sindoro ini.

Sekitar pukul ½ 8 pagi dua orang (Saya dan Anas) akhirnya naik kembali mencari tenda dengan berbekal perbekalan seadanya. Sepanjang perjalan di perkebunan teh kami bertemu dengan penduduk sekitar yang asik memetik teh. Sesampainya di Pos III sekitar pukul 8 pagi kami beristirahat sejenak. Dan kami melanjukan perjalanan 15 menit kemudian. Dan pada pukul ½ 10 kami bertemu persimpangan, kami mememulai mencari di sekitar persimpangan ini secara detail. Kemungkinan besar tenda ada disekitar persimpangan ini. Setelah berhenti sejenak, kami berdua berpikir jernih kemungkinan posisi tenda  telah terlewati. Kemudian kami memutuskan untuk turun mencari posisi tenda di bawah.Benar-benar pencarian yang membuat kepala semakin pusing.

Setengah jam kemudian kami turun ke posisi awal, kami terus mencari. Dan akhirnya kami berhasil menemukan tenda kami. Tenda kami temukan dalam kondisi masih utuh seperti semula, lengkap dengan isinya. Tendapun dibongkat untuk segera dipacking kembali dan dibawa turun. Setelah istirahat sebentar kami berdua turun ke basecamp dengan hati yang lega.


Kami berdua sampai kembali di basecamp Pak Slamet sekitar pukul 1 siang. Sejam kemudian kami berpamitan dengan Pak Slamet untuk menyusul 2 rekan kami di  basecamp Mbah Amin. Kami pun segera melapor bahwa kami telah menemukan tenda beserta isinya. Sekitar pukul  ½ 3 siang kami berpamitan dengan Mbah Amin untuk kembali pulang ke Tegal.