Friday, May 20, 2016

Fungsi dan Kegunaan Tali Paracord


Kaum pendaki atau biasa disebut dengan mountaineer sering kali memakai asesoris outdoor sebagai gaya hidup mereka. Salah satunya adalah gelang yang terbuat dari tali atau rope yang dianyam sedemikian rupa sehingga bentuknya dan kombinasi motif warnanya sangat menarik. Tetapi terkadang kita tidak mengetahui fungsi dan kegunaan dari gelang yang kita pakai itu sendiri untuk apa.

Paracord berasal dari istilah Parachute Cord yang pada mulanya wajib dan biasa digunakan oleh tentara US ketika perang Perang Dunia II. Tali ini juga yang digunakan sebagai tali parasut dikala perang waktu itu. Tali ini oleh mereka juga berguna kebutuhan bertahan hidup saat bertugas di lapangan/ perang.

Tali paracord memeliki kelebihan selain sangat kuat, paracord juga elastis dan bisa digunakan untuk berbagai macam keperluan yang membutuhkan tali-temali, seperti mengikat tenda, memasang jerat dan jebakan, tali sepatu, sling senapan. Bahkan untaian talinya inner strand bisa diurai lagi menjadi 7 inti tali.

Dalam kondisi darurat 7 inti tali ini bisa diurai lagi menjadi tali yang kecil dan halus dan bisa kita gunakan untuk memancing.Tentara USA biasa membuat tali Paracord tersebut menjadi sebuah Gelang Survival, atau dengan nama lain Paracord Survival Bracelet.

Gelang ini jika diuntai anyamannya bisa sepanjang 2 hingga 5 meter tergantung type anyaman serta linggar pergelangan tangan yang memakainnya. Dan jika kita benar-benar paham fungsinya tali ini benar-benar bisa gunakan untuk kondisi darurat bahkan untuk bertahan hidup saat kita membutuhkannya.

Berikut adalah beberapa manfaat dari tali paracord :
1.    Untuk ikatan tenda
2.    Sebagai tali sepatu
3.    mengikat bawaan di tas carrier atau daypack
4.    Sebagai ikat pinggang
5.    membuat perangkap berburu
6.    Mengikat hasil tangkapan/ buruan
7.    Menghentikan aliran darah saat luka

Selain itu tali ini juga bisa digunakan sebagai asesoris yang menarik saat kita gunakan, khususnya kaum pencinta kegiatan alam bebas. Kita bisa menggunakan paracord DIY untuk membuat anyaman asesoris tadi.

 Berikut adalah beberapa fungsi tali paracord sebagai asesoris
1.    Gelang
2.    Kalung
3.    Gantungan kunci
4.    Tali jam tangan
5.    Layard
6.    Pembungkus gagang pisau atau botol minuman biar tidak licin atau panas

Berikut adalah contoh asesoris berbahan tali paracord







Writter  : Alas Perdu
Photos : Alas Perdu, Google 

Tuesday, May 17, 2016

Rute Pendakian Gunung Slamet Jalur Guci


(Foto Gunung Slamet dari Satelit)

Gunung Slamet (3.428 mdpl.) adalah sebuah gunung berapi kerucut yang terdapat di Pulau Jawa. Gunung ini berada di antara 5 kabupaten, yaitu Kabupaten Brebes, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Pemalang,. Gunung Slamet merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah serta kedua tertinggi di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru.

Dalam rangka hari jadinya yang ke-2 tahun 2016 yang jatuh di bulan Mei, Komunitas Pendaki Laka-Laka Tegal mengadakan agenda Pendakian gunung Slamet. hampir 50 peserta pendakian, baik yang berasal dari Tegal ataupun luar kota Tegal. Pendakian ini juga didukung oleh tim support dari Dukuh Tere Tuwel serta tim dari Bumijawa. Bersamaan dengan agenda ini, komunitas Galang Tegal yang berjumlah 8 personil ikut berdampingan selama proses pendakian. Kalau dihitung lumayan juga total personil yang ada.

(Peta Pendakian Gn. Slamet Jalur Guci)


Rute pendakian kali ini melewati jalur Guci. Jalur Guci merupakan salah satu jalur pendakian menuju puncak gunung Slamet yang terletak di Kabupaten Tegal. Akses menuju Basecamp pun mudah. Kawasan Guci terkenal dengan pemandian air panas serta wisata alam lainnya seperti wisata air terjun (jurug).

Berikut adalah akses menuju Basecamp pendakian gunung Slamet jalur Guci.

Dari Jakarta :
Dari arah Jakarta menuju Tegal dan dilanjutkan arah lebaksiu (Kabupaten Tegal). Di pertigaan Yomani Lebaksiu bisa langusng menuju ke Guci. Butuh waktu kurang lebih 45 menit dari pertigaan Yomani sampai pintu masuk Objek Wisata (OW) Guci.

Dari Purwokerto :
Dari arah Purwokerto menuju ke Ajibarang dilanjutkan menuju Tegal. Sebelum masuk Kota Tegal bertemu dengan pertigaan Yomani Lebaksiu (Kab. Tegal) kemudian dilanjutkan ke arah OW Guci

Dari Semarang :
Dari Semarang menuju ke Pekalongan, diteruskan menuju Pemalang, Moga dan kemudian menuju ke kawasan OW Guci.

Jika kamu dari luar kota dengan menggunakan kereta api, bisa turun di Stasiun Tegal. Dari depan stasiun naik angkutan kota menuju terminal Kota Tegal. Dilanjutkan dengan bus 3/4 jurusan Guci. 
Atau bisa juga dari terminal Kota Tegal naik bus 3/4 jurusan Bumiayu/ Ajibarang turun di pertigaan Yomani Lebaksiu, dilanjutkan menggunakan angkutan ke arah Guci.


(Pintu Masuk Objek Wisata Guci Tegal)


Setelah melewati pintu masuk OW Guci dan membayar tiket masuk OW, kita bisa melanjutkan menuju Basecamp KOMPAK yang lokasinya tidak begitu jauh dari pintu masuk OW.


(Basecamp Kompak)

Agenda pendakian komunitas Pendaki Laka-Laka ini mendapat perhatian khusus dari RPH GUCI dan KOMPAK selaku pengelola jalur pendakian gunung Slamet jalur Guci. Sebelum peserta diberangkatkan terlebih dahulu dilaksanakan apel pagi dan breafing tentang etika pendakian gunung Slamet dari Ketua RPH GUCI Bapak Saefulloh.


Beliau mengemukakan betapa pentingnya persiapan serta kekompakan tim pendakian. Salain itu beliau menghimbau tentang kearifan lokal yang ada di gunung Slamet agar senantiasa dihormati oleh siapa saja yang hendak mendaki di gunung Slamet. Pendaki Laka-Laka secara simbolis menyerahkan plakat sebagai tanda titik tertinggi di gunung Slamet yang nantinya ditempatkan di puncak gunung Slamet 3.428 mdpl..


Basecamp – Pos 1 (Pondok Pinus)



Awal pendakian kita masih melewati jalan beraspal halus, kurang lebih sekitar 500 meter kita akan bertemu jembatan.


Sebelum melewati jembatan yang terdapat air terjun, belok kanan dan naik melewati jalan tanah setapak. Perjalanan dilanjutkan melalui medan berbatu.

.
Setelah melewati medan berbatu perjalanan memasuki hutan pinus dan hutan pinus. Medan menuju Pos 1 masih cukup landai. Kurang lebih butuh waktu 1,5 jam untuk sampai di Pos 1
 
(Pos 1 Pondok Pinus) 


Pos 1 – Pos 2 (Pondok Cemara)
Melewati pos 1 rerimbunan semak belukar terlihat padat. Jalanan mulai licin terlebih di musim hujan.


Menuju pos 2 kita akan bertemu pohon tumbang yang menutup jalur pendakian, sehingga untuk melewatinya kita perlu merunduk.




(Pos 2 Pondok Cemara)

Kurang lebih waktu tempuh Pos 1 menuju Pos 2 selama 1 jam perjalanan.


Pos 2 - Pos 3 (Pondok Pasang)
Medan ke Pos 3 semak belukar/ perdu makin padat dan membuat jalan makin tidak terlihat jelas. Oleh karena itu sebaiknya dianjurkan mendaki gunung dilakukan siang hari untuk menghindari tersesat maupun binatang buas. Sesekali tanaman perdu atau semak belukar yang kita lewati berduri dan membuat sakit di bagian tangan, lengan ataupun betis. Gunakanlah celana panjang lapangan, gaiters, sarung tangan serta manset lengan untuk memperkecil luka akibat gesekan dengan semak berduri ini.




 (Pos 3 Pasang)


 Medan menuju pos 3 mulai menanjak. Waktu tempuh menuju Pos 3 kurang lebih 1 jam.

Pos 3 - Pos 4 (Pondok Kemantus)
Medan menuju pos 4 mulai berat dan terjal. Kita akan sering menjumpai pepohonan berlumut di kanan kiri jalur pendakian.

Pemandangan begitu hijau dan benar-benar alami. Mata benar-benar dimanjakan dengan indahnya hutan hujan tropis gunung Slamet


Sebelum memasuki pos 4 kita akan bertemu sebuah lorong dan melewatinyapun harus dengan merayap secara perlahan. Berhati-hatilah ketika melewati lorong ini karane celana rawan sobek atau tas carrier tersangut akar atau batang pohon yang menjalar.




Kurang lebih dari Pos 3 menuju Pos 4 membutuhkan waktu 2 jam.

Pos 4 - Pos 5 (Cantigi)
Sumber mata air terdapat di area sekitar Pos 4. Menuju Pos 5 medan menanjak dan mulai terasa licin. Berhati-hatilal dengan batang pohon yang menjorok kejalur pendakian karena rawan benturan dengan kepala.


Satu jam perjalanan dari Pos 4 kita akan tiba di Pondok Edelweis. Di Pondok Edelweis terdapat bangunan yang bisa digunakan untuk peristirahatan. Sayangnya saat kami jumpai atap bangunan mulai hancur sehingga rawan kena air disaat musim hujan.

(Pondok Edelweis)

 Kurang lebih 45 menit dari Pondok Edelwesi kita tiba di Pos 5 (Cantigi)

(Pos 5 Cantigi)

Pos 5 - Puncak 3.428 mdpl
Pos 5 merupakan batas vegetasi menuju area terbuka.karena itu Pos 5 Cantigi biasa disebut juga Plawangan. Pos 5 Cantigi biasa digunakan pendaki sebagai Camp Area sebelum mereka "summit attack" menuju puncak gunung Slamet.



Perjalaan menuju puncak cukup menanjak melewati bebatuan yang raawan longsor, terlebih pasca erupsi gunung Slamet tahun 2014.

Selalu waspada dan hati-hati ketika melewati jalur ini, atau kita bisa tergelincir karena ceroboh menginjak batuan lepas.


Sekitar 2,5 jam perjalanan dari Pos 5 kita tiba di Puncak Gunung Slamet 3.428  mdpl









(Puncak Slamet 3.428 mdpl)


Pendakian gunung Slamet jalur Guci memang membutuhkan waktu lebih lama dibanding jalur Bambangan (Kabupaten Purbalingga). Tetapi jalur Guci terkenal dengan vegetasi yang rapat atau hijaunya hutan hujan tropis gunung Slamet. Selain itu kawasan Guci terkenal juga dengan obyek wisata pemandian air panas. Seusai mendaki kita bisa memanjakan diri dengan berendam di pemandian air panas Guci. Kalau kita memiliki waktu lebih, kita masih bisa memanfaatkannya untuk menikmati wisata alam Bumijawa yang terkenal dengan Jurugnya (air terjun). Ada sekitar 16 wisata jurug bahkan lebih yang bisa kita kunjungi. Penasaran dengan wisata di daerah Tegal. Ayooooo dolan Tegal


Writter : Alas Perdu
Photo : Alas Perdu, Arief Mahakarya, Yuda, Agung Khafabih, Syam
Maps : GUPALA

Thursday, April 14, 2016

Medan Terjal Pendakian Gunung Cikuray Jalur Bayongbong


Gunung Cikuray adalah sebuah gunung yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Indonesia. Gunung Cikuray mempunyai ketinggian 2.821 meter di atas permukaan laut. Ada beberapa jalur/basecamp yang dilalui untuk menuju puncak. Diantaranya jalur Bayongbong, jalur kiara Janggot dan jalur yang umum dilewati yaitu via pemancar.



Pendakian gunung Cikuray melewati jalur Bayongbong boleh dibilang medan terberatnya jalur menuju puncak Cikuray. Banyak pendaki yang sudah merasakan jalur ini, tanjakannya hanpir mirip dengan tanjakan Bapa Tere-nya gunung Ciremai jalur Linggarjati.

Untuk menuju Bayongbong, dari terminal guntur bisa menggunakan ojek atau angkutan kota jurusan Bayongbong. Jika rombongan, kita bisa sewa pick up hingga sampai SDN Cintanagara 3. Dari SD ini perjalanan dilanjutkan jalan kaki melewati ladang penduduk. Jaraknya lumayan cukup jauh melewati jalan berbatu dan ladang penduduk untuk sampai di basecamp pendakian (Pos 1).



Basecamp/ Pos 1 - Pos 2


Jalur menuju pos 2 melewati ladang penduduk berupa tanaman kol dan cabai. Selang ½ jam kita lepas dari Pos 1, kita akan menjumpa ladang kol yang begitu luas.




Medan pendakian menanjak belum terlalu terjal. Kurang lebih butuh waktu 1 jam untuk sampai di Pos 2

Pos 2 – Pos 3


Menuju pos 3 medan mulai menanjak. Pemandangan sebelah kiri bgitu indah berupa tebing curam dihiasai pepohonan rindang. Waktu yang ditempuh untuk hingga sampai di Pos 3 kurang lebih 1 jam 45 menit.

Pos 3 – Pos 4

Jalur ke pos 4 makin menanjak dan kontur tanah mulai licin. Ketika musim hujan jalur ini seperti aliran air sungai. Pepohonan mulai rapat di sisi kanan dan kiri jalur.


Kurang lebih butuh waktu 30 menit untuk sampai di Pos 4

Pos 4 – Pos 5


Kondisi jalan menuju pos 5 masih menanjak terus. Ditengan perjalanan kita akan menemui pohon tumbah menutup jalur pendakian.



Akar-akaran besar tampai menjalar di jalur   yang dilalui. Menuju pos 5 kurang lebih membutuhkan waktu 1 jam.

Pos 5 – Pos 6


Setelah melewati pos 5 kondisi fisik makin terkuras karena medan yang terus menanjak. Hampir jalur yang dilewati tidak ada sama sekali bonus atau bahkan jalan landai.


Kurang lebih  45 menit kemudian kita sudah sampai di Pos 6.

Pos 6 – Puncak


Ini dia jalur yang cukup ekstrem. Ketika kita menuju puncak, medan benar-benar makin berat. Untung saja kita membawa bekal tali webbing yang sudah kita siapkan sebelumnya.


Karena kondisi bekas hujan, medan makin licin sementara jalur terus menanjak terjal. Mendekati puncak ada beberapa shelter yang bisa digunakan dan terlindung dari terpaan angin.

Setelah berjalan 30 menit dari pos 6 kita sudah sampai di Puncak Cikuray. Puncak Sikuray ditandai dengan bangunan permanen. Sayangnya banyak sekali coretan vandalisme di bangunan tersebut, yang membuat kesan kotor





Berikut adalah trekking map dari GPS yang kita gunakan kita selama pendakian gunung Cikuray melalui jalur Bayongbong (soon - on progress).

Story : Alas Perdu