Wednesday, February 25, 2015

Pesona Wisata Alam Petungkriyono



PESONA EKOWISATA PETUNGKRIYONO

"PUNCAK HANOMAN & CURUG BAJING"


 

Bagi Anda yang masih muda, segeralah mengepak tas dan jelajahi dunia, sebelum terlambat. Karena menurut survei, 75 persen orang di atas 35 tahun menyesal tidak sering liburan sewaktu mereka muda. (Detik travel, Jakarta, Agustus 2013)

Kalimat tersebut sekarang banyak mejeng di display picture blackberry massanger, atau jadi caption di sebuah foto uploadan instagram. Sebegitunya ya? Hehe.. Apa piknik bagi Anda?

Banyak sekali jawaban atas pertanyaan tersebut. Beragam. Dan bagi saya piknik adalah kebutuhan, bisa juga sebagai pelarian. Wkwkwk...

Lagi lagi piknik,, piknik lagi dan lagi.. ketika libur makaryo tiba, pertanyaannya adalah ; "Kemana gitu yuk.." Petungkriyono! Salah satu nama yang sekarang tidak lagi asing ditelinga yang dikenal sebagai tujuan wisata di kabupaten Pekalongan. Terletak beberapa kilometer di selatan kecamatan Doro, Pekalongan. Yups! Disana banyak sekali ekowisata yang menjanjikan mata-mata yang laper keindahan alam.

Setelah beberapa kali diskusi tujuan wisata weekend kali ini (21 s/d 22 Februari 2015) akhirnya komunitas Pendaki Laka-laka memutuskan dua ekowisata menjadi tujuan 'piknik' kali ini; Gunung Kendalisodo dan Curug Bajing. Kendalisodo itu sendiri mempunuai sebuah puncak yang dikenal sebagai puncak Hanoman. Terletak di dukuh Glidigan desa Tlogohendro kecamatan Petungkriyono Kabupaten Pekalongan. Sedang curug bajing yang terletak di desa Tlogopakis, kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan memang baru dikenal masyarakat luas. Namun, kecantikannya sudah banyak memikat para pengunjung di Ekowisata Petungkriyono.

Seperti biasa, ketika bepergian, big boss gak mau ada yang terlewatkan sehingga semuanya dipersiapkan dengan sangat matang. Dari mulai logistik, persiapan lainnya, hingga kamera. 

Breafing pemantapan dan persiapan tim

Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 16.00 waktu Indonesia bagian kaligung Tegal kami mulai berkumpul di basecamp milik big boss (hehe) sambil bantu-bantu persiapan. Kami berencana trip menggunakan motor. (Kan deket?) Hehe...

Setelah sholat maghrib (hla kok molor?) Gak molor, cuma agak kendo dikit #ehh kami berangkat. Setelah howa howa howa yak yak yak (yel yel apaan nih). Kami berangkat 13 orang (Pakdhe Ari, Om Jono, Om AdyRoz, Kang Apeh Gading, Rivki, Haykal, Farid, Yanu, Indra, Rizki, Nazir, Shelly, Okta) menggunakan 7 motor. Kira-kira sekitar pukul 20.00 waktu Indonesia bagian perempatan lampu merah Wiradesa Pekalongan, disini titik perjuangan dimulai (hallah) di tilang man! Lampu merah diterjang untuk nyabrang. Di titik ini memang sering terjadi seperti ini. Dulu saya juga pernah soalnya wkwkkw gara-gara gak paham model lampu merah disitu. Dikira nunggu ditengah buat nyebrang itu ga salah, jebule salah (hihiii). Salah satu personel kena tilang, Yanu dan Farid. Setelah selesai diurus, kami melanjutkan perjalanan.

Wiradesa, Bojong, Kedungwuni adalah jalan yang kami ambil sebagai alternatif terdekat menuju Doro. Doro itu dikenal sebagai gudang duren Pekalongan yang makjosss. Dari Bojong ke Doro kira-kira kami membutuhkan waktu 20 menitan.

Setelah melewati puskesmas Doro II dan melengkapi kebutuhan logistik juga mengisi bensin, kami lurus ke selatan menuju Petugkriyono. Gelap, beuh. Kami memerlukan waktu sekitar 2 jam setengah untuk sampai di basecamp Tlogohendro Petungkriyono. Dengan medan yang ajegile mengoclak isi perut hingga motor matic saya mengeluarkan asap dan berbau 'entahlah' **malu sama kuda (hiyak hiyak hiyakkk) akhirnya kami sampai di basecamp pendakian kendalisodo, Tlogohendro. 

 Basecamp Gn. Kendalisodo

Begitu datang, jleg!!! Kami dipertemukan dengan satu rombongan yang (katanya sih.....) dari Pekalongan sudah siap mau naik, salah satu dari mereka adalah teman dari member PL (oh..). Setelah selesai salaman saliman, kami masuk kedalam basecamp. Nglurusin boyok, sebagian ada yang langsung menuju kamar mandi. Saya (masih) di atas karpet ngliatin mas Rizqi nyari signal buat main COC (helleh..) yang akhirnya mendapat kabar buruk ga nemu signal (kesian....) Tepat pukul 00.00 kami siap berangkat. Yeay!

Kekompakan tim sebelum memulai pendakian

Kira-kira dibutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk sampai di puncak hanoman. Tracknya lumayan ajegile... seperti perjalanan kami dua tahun lalu ke Prau, ada sebagian teman yang sudah sampai di puncak lebih dulu, kali ini juga kayaknya, hehe.. Saya termasuk bagian yang dibelakang. Perjalanan diiringi alunan music dari pocket kang Apeh, campur sarinan kayane. Berhubung ada yang cewek (termasuk saya) jadi gak keburu sampe puncak buat bikin tenda

Setelah kami menemukan sebuah gardu pandang, kira-kira sepuluh menit kemudian kami dipertemukan dengan puncak. Puncak hanoman. Puncak kendalisodo. Berasa masuk rumah deh,, ada piringan-piringan batu yang terbentuk seperti meja kursi.

Mendirikan tenda dan atribut komunitas

Setelah tiga tenda selesai didirikan, terpal panjang lebar selesai digelar didepan tenda sebagai alas kami duduk duduk ketjeh, masak air dimulai, bikin teh, bakar ayam, laferr peyut belbie qaqah... (salah satu meme yang lagi trend di BBM)
 




Waktunya makan ayam bakar


Saya pernah dengar seseorang (nun jauh disana) bilang gini; "Nanti Ta, dalam sebuah pendakian yang kamu butuhkan bukanlah puncak, tapi kebersamaan ; dengan siapa dan seperti apa kamu mengabadikan keindahan itu, itulah deskripsi bahagia menurutku".
 



Bintang di langit seakan jadi pelengkap bahagia malam itu, canda tawa, obrolan renyah, percikan arang dan aroma khas ayam bakar membuat kami lupa dengan waktu, sudah pukul 03.00 rupanya. Sungguh, adakah yang lebih sederhana dari kebahagiaan diberi kesempatan untuk dapat menyatu dengan kalian? Pagi datang, ga lengkap rasanya kalo ga liat sunrise. 






Usai shalat subuh, yang lain masih didalam tenda, mas Farid berdiri disekitar piringan meja kursi menikmati sajian alam, gunung slamet terlihat kokoh berdiri di barat sana, Yanu duduk ketjeh didepan pintu tenda, Kang Apeh masak air dan siap bakar jagung. Saya menanti dengan segelas teh siap dikecuri air, hihihii. Kemudian tidak lama kemudian disusul mas Indra keluar dari tenda, dan yang lain.










Dari pantauan kami, tampak jelas Puncak Hanoman mulai didirikan beberapa Gazebo dan taman-taman. Sisa kayu yang ditembang masih tampak berserakan.


Taman @ Puncak Hanoman
 
Jika kita masuk lebih dalam lagi ke sisi sebelah kanan puncak tampah sebuah jalur baru menuju sumber  air. Setelah ditelusuri hingga turun ke bahwa suara gemercik air tampak jelas. Sayang jalur ini masih buntu, karena jalur belum sepenuhnya selesai dibuka.



   

Jalur menuju sumber air  


Setelah sudah agak siang. Seperti biasanya. Gak foto gak keren. Foto-foto keluarga PL dengan kibaran bendera komunitas. 






Hmm... bahagianya... Setelah itu kami siap bergegas turun ke bawah, menuju basecamp.



Setelah sampai di basecamp kami siap siap untuk segera menuju curug bajing. 




Kira-kira butuh waktu 30 menit untuk sampai di Tlogopakis. Diperjalanan, sejauh mata memandang, ada 2 buah curug muncar. Namanya juga Muncar, mencar-mencar.


Setelah terlebih dahulu menyelesaikan administrasi untuk masuk kami menuju Curug Bajing. Murah lho hanya tiga ribu perak perorang kita sudah bisa masuk ke kawasan Curug Bajing.




Kami butuh waktu sepuluh menit dari parkiran untuk menikmati keindahan Curug Bajing. Dan..... taraaaaaang...... subhanallah! Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Ajegile....

Seperti ga pernah ketemu air, langsung kami (tapi ga termasuk saya) njebur tanpa ragu.











Curug yang tinggi banget, ditambah 3 prosotan yang menambah keindahan. Ah! Ini punya gusti Allah. Indah bangettttt!



Setelah 2 jam asik mainan air, kami kembali ke parkiran dan disambut warung kopi. Ngopi yukk! Kopi item saya pesan. Nikmat....... belajar yang pait-pait, kehidupan tuh gitu, ga melulu manis, jiah x_x Kira-kira sejam kemudian kami segera bergegas pulang menuju Doro. Diperjalanan yang semalem cuma keliatan gelap dan cuma kedengeran suara makhluk alas, kini kami disuguhkan pemandangan luar biasa ciptaan Tuhan. Delapan curug mini kami saksikan sepanjang perjalanan menuju perbatasan Petung-Doro. Lagi-lagi, maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Singkat cerita,, sampailah kami di basecamp milik big boss pukul 15.30 waktu Indonesia bagian Kaligung. Mantap! Dunia itu seluas langkah kaki. Jelajahi dan jangan pernah takut melangkah, hanya dengan itu kita bisa mengerti kehidupan dan menyatu dengannya. -Soe Hok Gie



Story By : Oktaviani Ferla

Photos By : Pendaki Laka-Laka