1ST ANNIVERSARY PENDAKI LAKA-LAKA
Pendakian Gn Prau dan Wisata Dieng
23 s/d 24 Mei 2015
Judulnya asik ya gan? Kayak ada manis-manisnya gitu, udah
setaun aja, kayanya baru kemaren deh ketemu..
Eits.. eits.. sebelumnya jawab dulu yokk,
Apa sih makna 1st anniversary buat kamu?
Mengesankan, begitu indah, awesome, luar biasa, asik, tak
terlupakan, greget, bahagia, gak nyangka, solid, udah gak kamu kamuan tapi
'kita', luar biasa, kebersamaan, Perjuangan! (Lha iyo tho? Setaun bersama
dengan isi kepala yang berbeda-beda itu gak mudah).
Dieng, tau? Tau dong...
Dieng merupakan kawasan dataran tinggi di Jawa Tengah, yang
masuk wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Dieng berada lebih
dari 2000 meter diatas permukaan laut (mdpl), sehingga udara di Dieng terasa dingin.
Jika siang hari udara berkisar 12-17 derajad celcius, bahkan bisa mencapai suhu
udara minus yang terjadi di musim kemarau dan saat inilah Bun Upas muncul. Bun
Upas adalah sebutan dari orang Dieng, sebenarnya ini adalah butiran air yg
mengkristal (frozen) akibat suhu yg dingin sekali (bisa minus). Arti Bun Upas
adalah embun beracun orang Dieng menyebutnya. Karena kalo bun upas ini nempel
pada daun tanaman kentang, biasanya lantas menguning dan mati. Letaknya berada
di sebelah barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Dieng adalah
kawasan vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung api raksasa dengan
beberapa kepundan kawah.
Kenapa Dieng Plateau? Apa sih arti Plateau? Plateau berasal
dari kata Plato, yang artinya dataran tinggi, makanya sering disebut Dataran
Tinggi Dieng. Terus ada apa sih sama Dieng? Usut punya usut (hihi) sejak dulu
Dieng Plateau ini memang sudah menjadi tujuan utama berwisata bagi para
peziarah lho,, karena katanya sih Dieng merupakan lahan yang luas dan menantang
bagi para peneliti, banyak sejarah yang masih terpendam di Negeri Dieng ini.
Dan.... (jeng jeng jeng)
Wisata Dieng merupakan salah satu pesona alam paling memikat
yang ada di Wonosobo, Jawa Tengah. #wuiiiih makanya kami memilih merayakan 1st
Anniversary di tempat ini. #ekhem.
Saat ini Dieng Plateau telah dijadikan tujuan utama wisata
alam pegunungan karena begitu banyak potensi-potensi pariwisata yang disuguhkan
dari Dieng Plateau, diantaranya berupa: gunung, candi, telaga, kawah, museum
dan theater, seni dan budaya, kuliner dan tanaman khas, dipercantik dengan
fenomena-fenomena unik yang ada di Dieng.
Explore Dieng kali ini kami memilih Candi Arjuna, Kawah
Sikidang, dan Telaga Warna sebagai destinasi setelah Gunung Prau.
**prokprokprok...**
Technical Meeting 1st Anniversary Pendaki Laka-Laka
Setelah beberapa kali koordinasi antara panitia, tanggal 16
Mei 2015 kemarin diadakan Meeting antara panitia dan peserta untuk membahas
itinerary dan scedhule open trip yang diikuti 35 orang (termasuk panitia) juga
mengecek segala kelengkapan trip kali ini. Jangan naik gunung tanpa persiapan,
apalagi naik gunung karena galau :)
Packing sebelum pemberangkatan tim
Tanggal 23 Mei 2015 bertempat di Jl. Kaligung tepatnya
basecamp PL pukul 06.00 wib kami berkumpul untuk menuju perjalanan yang sudah
dinanti-nanti (sampe mengidap syndrome deg-degan ginih) :D
Cek list ulang peserta sebelum pemberangkatan
Pukul 08.00 waktu Indonesia bagian Kaligung kami berangkat
dengan bus pariwisata kapasitas 35 orang full AC full Music menuju Dieng via
Pemalang-Purbalingga.
Rombongan peserta open trip siap diberangkatkan
Pukul 14.30 kami sampai di basecamp pendakian gunung Prau
via Dieng (alhamdulillah slonjor juga setelah beberapa jam perjalanan di bus),
setelah selesai ishoma dan kembali mengecek kelengkapan, pukul 16.30 kami mulai
pendakian sesuai pembagian grup, karena ga mungkin dong 35 orang jalan bareng
(hehe) jadi di bagi 7 deh, ada jeda 5-10 menit antara grup satu dengan
selanjutnya. Yeay!!
Basecamp pendakian Gn. Prau via Kejajar - Dieng
Isoma sebelum mulai trekking
Personil siap trekking ke Puncak Gn. Prau
Pendakian gunung Prau via Dieng ini akan memakan waktu
kira-kira sekitar empat jam. Jalurnya emang lebih jauh daripada kalo kita ndaki
via basecamp patak banteng. Ngrasain gregetnya manjat gunung setelah melewati
pinus-pinus, gelap dan jauh dari pemandangan rumah-rumah warga yang bisa
terlihat beda sama ketika lewat patak banteng. Dan disini kita bakal nemu kaya
sabana gitu deh, semacam sabana Merbabu (hmmm Merbabu)
Adzan maghrib, kami melewati pos dua dan rehat sejenak untuk
menunaikan sholat maghrib. (Jare arep tadzabur alam, kok sholate ditinggal?
Kadang-kadang sok puitis gitu ih.. hehe)
Cusssss.... kami melanjutkan perjalanan. Semakin petang
semakin berasa angin kencengnya. Sebagian dari kami sudah ada yang berada di
puncak tower. Rehat lama bakal semakin berasa dingin banget. Tadi dibawah aja
katanya bisa sampe 2 derajat celcius, wuiiiw.. berasa di Korea guweh :D
Sembilan "five billions stars hotel" pun berdiri
kokoh saling berhadapan, ditengah-tengah ada kompor dan teman-temannya, minuman
hangat juga masakan pun siap dihidangkan. Kali ini kami tidak membuat perapian.
Kopi hitam, susu coklat, mie goreng, nasi, sup sosis, sosis dan tempura goreng,
emmmmm NIKMAT! Yang paling penting adalah bukan dengan apa kami makan, tapi
bersama siapa #ekhem.
Candaan renyah, juga pemandangan langit yang luar biasa
indahnya membuat kami lupa sudah pukul berapa, wuiiiw ternyata sudah hampir
pagi, dan kami memutuskan untuk masuk tenda menjemput sunrise esok (biar gak
telat gituh).
Keindahan ciptaan Allah kalo mau dijabarkan itu gak ada
habisnya. Hmm.. naik gunung gak nemu sunrise itu rasanya gimana gitu, kayak ada
yang kurang. Setelah selesai menunaikan sholat subuh, kami berjalan naik menuju
bukit dekat dengan tugu gunung Prau untuk melihat sunrise lebih dekat (jiaaah).
Dahsyat! Puluhan tenda berdiri disini, apa bahkan ratusan yaa (sorry belum
sempet ngitung, hihihi)
Seperti biasa kami melakukan ritual yang pada umumnya
dilakukan ketika berkunjung ke tempat-tempat istim; selfie, groufi, asal
safety. Iya gak? ;)
Selesai melakukan ritual, kami bergegas menuju tenda,
sarapan, dan segera packing lagee menuju turun gunung. Kali ini kami turun via
patak banteng. Siapkan dengkul Anda brader, sista! **senyum genit**
Pukul 09.00 waktu Indonesia bagian Prau kami turun via patak
banteng. Jalur yang terjal dengan puluhan bahkan ratusan orang membersamai.
Jangan lupa tiga Es-nya (Senyum, Salam, Sapa), juga jangan lupa bawa turun
sampahmu, karena gunung bukan tempat sampah! *kedip-kedip*
Trekking Map Open Trip Gn. Prau oleh Pendaki Laka-Laka
Sebelum dzuhur kami sampai di basecamp patak banteng, kami
rehat di masjid barat basecamp. Bersih-bersih diri, ishoma. Ba'da dzuhur kami
langsung ke tujuan berikutnya >> Explore Dieng #yeeaaaay!
Kami disambut oleh mas guide berjacket dengan paduan warna
merah hati dan abu-abu siap mengantar perjalanan kami.
Candi Arjuna
(Jangan sok-sokan mau bikin candi disini juga terus dinamain
Rinjani, ceritanya biar so sweet gitu ya, jangan) :p #apaaaalho
Di komplek candi arjuna ini terdapat 4 bangunan utama candi
megah dan 1 candi pendamping.
Sebelum memasuki kawasan Arjuna, kami melewati komplek
Darmasala yang menyelinap di antara pepohonan pinus gunung, kami disambut
tumpukan bebatuan dimana-mana, "Tumpukan bebatuan ini adalah bekas
bangunan Masala (tempat peribadatan orang Hindu)." Cerita mas guide
gamblang.
Mulai tahun 2010 Kompleks Percandian Arjuna mulai digunakan
untuk pengembangan wisata yang dikemas oleh Dinas Pariwisata Banjarnegara dan
Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata). Mereka menyelenggarakan acara budaya tahunan
yang telah dikenal dengan nama DCF (Dieng Culture Festival). Siapa disini yang
pernah nonton DCF? (Saya juga belom, hihi)
Disini kami juga disuguhi rerumputan hijau nun asri, juga
enak buat leyeh-leyeh. Setelah puas (lagi-lagi) berfoto ria, kami melanjutkan
perjalanan..
Kawah Sikidang
Hayooo siapa yang tahu kenapa kawah ini dinamakan Kawah
Sikidang? Konon si katanya, (katanya...) dulu ada putri cantik bernama Shinta
Dewi yang ingin dipersunting hanya dengan mahar yang sangat banyak. Nah,, ada
salah satu pangeran kaya raya bernama pangeran Kidang Garungan ini mengutus
prajuritnya untuk meminang sang putri dengan mahar sebanyak yang putri
inginkan. Si putri ini tanpa pikir panjang langsung menerima tawaran sang
pangeran (cieeeee, icik iwirrr). "Pangeran kaya raya, pasti ganteng
nih.." bathin sang putri.
Setelah sang putri melihat rupa sang pangeran (gubrak!!)
Ternyata pangeran ini bertubuh manusia tapi berkepala kidang (hmmm). Sang putri
pun memutar otak (emang otak bisa diputer? Au ah elap) kemudian memberikan
syarat pada pangeran Kidang untuk membuatkannya sebuah sumur yang sangaaaaaat
dalam, tapi harus dikerjakan hanya oleh pangeran, tanpa bantuan siapapun. Sang
pangeranpun memenuhinya,, ehladalahhhh si putri gak tau kalo pangeran ini
sakti, pangeran menggunakan tanduk dan tangannya untuk menggali sumur hingga
hampir selesai. Karena si putri tetap tidak ingin dinikahi oleh pangeran
berkepala kidang ini, akhirnya sang putri mengerahkan prajuritnya untuk
menimbun pangeran. Semakin pangeran berteriak jangan pada putri, semakin cepat
prajurit putri menimbun pangeran dengan tanah. Ketika seluruh tubuhnya telah
tertimbun tanah, pangeran itu segera mengerahkan kesaktiannya agar bisa keluar.
Tak ayal, sumur itu meledak sehingga tanah berhamburan keluar. Ketika ia ingin
keluar, sumur itu terus ditimbuni. Akhirnya, Pangeran Kidang pun tewas
tertimbun tanah di dalam sumur itu. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, ia
bersumpah bahwa seluruh keturunan Shinta Dewi akan berambut gembel. Sementara
itu, sumur yang meledak itu lama kelamaan menjadi kawah dan diberi nama Kawah
Sikadang. (Cieeee belajar sejarah).
Dikawasan ini kami dimanjakan oleh kekayaan Dieng, beberapa
warung menjual makanan khas, batu belerang, tumbuhan khas pengunungan, dan batu
akik yang menyita mata-mata para Arjuno PL (helleeh)..
Telaga Warna
Eksotisme Telaga Warna memang mempesona, selain memiliki
warna permukaan telaganya yang kadang berubah sewaktu waktu (kewwren yah)
dengan dominasi warna hijau kebiruan serta putih yang merupakan refleksi
endapan belerang didalamnya, telaga ini juga diapit oleh hutan dan pemandangan
pegunungan yang semakin memiliki daya tarik bagi wisatawan, termasuk kami
(cieeeee wisatawan).
Telaga ini juga punya keunikan tersendiri lho.. selain
keindahan Telaganya yang natural dan eksotis, saat berkeliling menyusuri jalan
setapak yang mengelilingi Telaga warna, kami juga menjumpai Telaga lain yang
letaknya tepat di samping Telaga warna, yaitu Telaga Pengilon. Selain patung,
goa-goa alam yang diselimuti aroma mistis juga kami temui di sekeliling Telaga
Warna seperti Goa Semar, Goa Sumur, Goa Jaran dan lain-lain.
Diujung mendekati pintu keluar, kami dihibur oleh beberapa
pecinta musik dengan alat musiknya mendendangkan beberapa lagu-lagu pop lawas,
aduhaiii...
Setelah asik (lagi-lagi) berfoto, kami melanjutkan ke pusat
oleh-oleh Dieng, Trisakti yang jaraknya lumayan dekat. Silahkan......
dipilih-dipilih, carica, jamur dieng, jejamuan, kaos dieng, accecoris, dll....
Pukul 17.30 waktu Dieng, kami bergegas pulang. Pukul 23.09
waktu Kaligung kami tiba di basecamp PL. Alhamdulillah.... warbiasyaaaaaaah!
Hiyaaaaaaaaaaakh!
Perjalanan ini melelahkan kawan, tapi keindahan yang bikin
meleleh, kebersamaan, candaan renyah, meluruhkan segala lelah. PL adalah
keluarga kedua. Lho? Bener tho? Kalo kita belajar IPS, dari jamannya EsDe,
manusia adalah makhluk sosial yang mana dia berkelompok, memiliki sebuah
komunitas, bagi sebagian orang komunitas adalah keluarga kedua. Nah, ini dia
nih,,, sendiri emang lebih asyik dan menyenangkan,, tapi kebersamaan dirasakan
bisa bikin jauh lebih bahagia dan membahagiakan (lagi-lagi, karena kita adalah
makhluk sosial). Jika bisa saling membahagiakan, kenapa gak? ;)
Melangkahlah, keluarlah dari zona nyaman melulu dirumah, diruang
kerja. Melangkahlah sejauh kau bisa melangkah. Ajak sepatumu temukan sebuah
negri yang pantas disebut surga, ---- Indonesia.
Dan.... (lagi-lagi)
Fa bi ayyi ālā'i Rabbikumā tukażżibān,
"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu
dustakan?" Q.S Ar-Rahman. Thank's God, I'm Indonesian! Yes, I'm
Indonesian!
"The world is book and those who do not travel read
only one page" --St. Agustine
Udah?? Mau di rumah aja nih?? :D
Terimakasih untuk semua rekan-rekan untuk perjalanan,
kebersamaan, kepedulian pada sesama, kerja sama, ide-ide, dan kebahagiaan
selama ini. Semoga semakin solid,
" One step by 100 persons is better than 100 steps by
one person " (Koichi Tsukamoto).
Salam persahabatan,
Salam lestari ! ;)
Video Dokumentasi 1st Anniversary Pendaki Laka-Laka
Story By : Oktaviani Ferla
Amazing lah pokoknya 1st Anniversary Pendaki Laka-laka...
ReplyDeleteSukses selalu dan ditunggu agenda berikutnya :D
aseli keren T.T sayang sekali cuma bisa menikmati poto potonya.. semoga lain waktu, lain hari dan semoga
ReplyDeletegak perlu nunggu aniv lagi, semoga secepatnya bisa 'selfie' sama anak anak pl. Biar bisa ikut ngrasain serunya..